Part 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body-language
Part 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basics
Part 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language-part-3
Masih banyak perdebatan sekitar komunikasi antar manusia, dimana yang satu mengatakan 90% komunikasi dari seseorang ditentukan oleh body language (bahasa tubuh), dan tonality (nada bicara) kemudian sisanya ditentukan oleh pesan yang disampaikan. Namun ada juga yang mengatakan 75%, 60% atau bahkan 95%.
Penemuan saya secara pribadi mengenai hal ini terjadi secara tidak sengaja, ketika saya makan di sebuah restoran fast food. Saya sedang keluar sendiri saat itu dan saya langsung ke kasir.
Saya tak menyadari, saya hanya mencoba mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari dari buku Body Language oleh Allan Pease dan beberapa tips dari komunitas seduction serta kombinasi dari apa yang saya pelajari dari buku-buku Dale Carnegie.
Kebetulan si kasir adalah wanita yang imut dan cantik, senyumannya adalah senyuman pemalu.
Saya merentangkan tangan saya secara lebar di depan kasir, saya tetap berdiri tegak namun saya agak mencondongkan tubuh saya ke depan. Saya menaikkan senyuman saya perlahan-lahan, dan tetap menahan kontak mata saya selama saya memesan makanan.
Entah ini hanya perasaan saya atau bukan, namun si kasir terlihat lebih bersemangat dan tanggap atas semua perkataan saya. Dan kadang-kadang dia melakukan kesalahan sambil tertawa kecil dan meminta maaf “eh maaf pak” dan menutupi mulutnya dengan malu-malu.
Ketika seorang tamu selesai makan disitu tak lupa dia mengucapkan “terima kasih pak, datang kembali” namun terlihat semua itu adalah rutinitas yang harus dia jalankan sehingga dia melontarkan itu apa adanya.
Selesai saya memesan makanan saya, saya duduk sendiri sambil browsing dan mengecek kabar-kabar di internet. Rutinitas yang dia lakukan sama. Seolah-olah dia mengerjakannya karena dia harus mengerjakannya “terima kasih pak, datang kembali”
Selesai saya menyantap habis makanan saya, saya berjalan ke tempat mencuci tangan, dan saya menangkap dia menatap saya dengan senyuman. Kontak mata terus berlanjut sampai saya ke wastafel dan mencuci tangan saya.
Ketika saya membereskan barang-barang saya, dia melakukan rutinitas dia itu kembali kepada saya. Namun, kali ini dia mengeraskan suaranya untuk memastikan saya mendengarkannya sambil tersenyum sangat lepas dan energik. Alhasil, seluruh pengunjung restoran mengarahkan pandangan mereka ke saya dan mereka tetap melakukannya sampai saya keluar dari mal tersebut.
Kejadian itu sungguh memalukan, dan waktu itu saya belum cukup percaya diri untuk menerima perhatian sebesar itu. Tetapi ada rasa bahagia juga yang saya rasakan, setidaknya saya mebuat hari si kasir lebih berwarna.
Pengalaman itu saya catat dalam jurnal saya secara detail dan saya memperhatikan dan mengingat-ngingat kembali apa saja yang saya lakukan pada waktu itu. Beberapa lama kemudian, saya bertekad mencobanya lagi.
Kali ini di sebuah toko baju. Setelah saya selesai membeli baju, saya lakukan hal yang saya. Tangan saya rentangkan lebar-lebar di meja kasir, badan saya tegapkan namun sedikit saya condongkan ke si kasir. Selama kami berbicara, saya tidak pernah melepas kontak mata dengan dia dan saya tetap tersenyum.
Tak disangka si kasir memberikan petunjuk kapan dia akan selesai bekerja. Hari itu juga saya mengajak dia makan bareng di sebuah fast food. Tak disangka semudah itu mengajak cewek untuk makan bareng. Kami sempat saling SMSan selama beberapa minggu namun hubungan ini tidak berlanjut kemana-mana. Karena setelah itu dia pindah ke kota lain dan tidak pernah terlihat lagi di toko baju tersebut.
Kejadian lain yang cukup memalukan, saya sedang berjalan-jalan di mall dan saya sempat menggodai seorang penjaga toko DVD. Reaksinya sangat lucu sehingga sepanjang perjalanan saya pulang saya menahan ketawa di dalam.
Sampai saya di sebuah toko roti, para penjaganya adalah 2 orang wanita. Mereka menangkap sinyal tertawa saya yang saya tahan-tahan di dalam, dan mereka mulai tersenyum dan cekikikan tidak jelas.
Akhirnya saya tidak dapat menahan tawa saya sendiri, dan kami bertiga pun tertawa lepas dan panjang tanpa kami menyadari apa yang kami ketawakan. Hasilnya seluruh lantai mal tempat stand roti tersebut mengarahkan perhatiannya kepada 3 orang bodoh yang tertawa lepas tanpa sebab yang jelas.
Beberapa minggu kemudian ketika saya mampir di stand roti tersebut, mereka langsung teringat kepada saya dan memberikan servis yang sangat luar biasa. Mereka sangat sigap dan tersenyum lebar ketika melayani saya. Namun saya tidak melakukan langkah lebih jauh terhadap mereka.
Body language bekerja pada tingkat insting dan intuisi. Hal-hal kecil yang Anda lakukan atau Anda proyeksikan dalam body language Anda akan sangat memberikan impact yang sangat besar.
Body language dapat dilatih dengan dua cara :
Teknik saya lebih banyak mengandalkan body language dibandingkan dengan berbicara, karena pada dasarnya saya adalah seorang introvert. Saya aslinya adalah orang yang pendiam, tidak banyak bicara dan saya lebih suka to the point tanpa berbasa-basi.
Body language akan saya kupas secara lebih mendalam nantinya.
Untuk kali ini, Anda boleh mencoba taktik diatas kepada para kasir dan lihat bagaimana reaksi mereka kepada Anda.
nice share gan..sprtinya gw jg prnh berbuat sprti itu,cm gw ga sadari tindakan gw…gw coba lagi deh…
Thanks gan. Good luck ya. Kalo perlu sharing FRnya disini.
Pingback: “Hired Guns” – Waitress Restoran | Laki Tulen
Pingback: Kino (Sentuhan) | Laki Tulen
Pingback: Punya Pasangan VS Punya Kehidupan | Laki Tulen
Pingback: Night Game VS Day Game | Laki Tulen
Pingback: Body Language Basics | Laki Tulen
Pingback: 2013 Recap | Laki Tulen
Pingback: Fashion dan “Peacocking” | Laki Tulen
Ulasan yang bagus gan, ane lebih condong make metode fix inner then go to outer. Karena ane emang introvert, jadi ane manfaatin kelebihan ane dalam introspeksi & kontemplasi buat fokus ngamati inner self ane. Setelah sekian lama ane ngrasa bahwa ada masalah serius dalam diri ane akibat pola asuh, lingkungan, dsb. Problem2 yang masuk dalam mental disorder ane atasi dulu dan itu sangat butuh waktu lama dan panjang. Karena ane emang gak pake jasa profesional. Ane murni otodidak belajar dari buku dan praktek lapangan sendiri. Dan khususnya dari blog ini ane banyak belajar. Akhirnya body language ane mulai berubah jadi lebih powerfull.
Sipp… enjoy life bro!
Celebrate the new you!
Menurut ane tuh film “Fight Club” itu kenapa gak dari dulu2 disaranin/ diposting diblog ini. Di jadiin starter guide ato newbie mission dulu. Jujur aja tuh pilem oke banget, ngajarin kita jadi cowok. Dan entah kenapa sejak ane nonton tuh pilem kemarin, apa yg ane pelajarin di PUA kayak nyambung semua. Dari film itu ane jadi inget sama buku yang judulnya “its not about how good you are, its about how good you want to be”, yang pernah ane baca. Thanks Gan.
Ga gue masukin newbie mission kenapa? Mo berapa banyak film yang ditonton mau berapa banyak buku dibaca ga bakalan epek. Yang paling ngepek ya ke lapangan.
Pingback: “Vibe” – Body Language Part 3 | cotulen.com
Mas, ada rekomen bacaan untuk body languange. FR Nya bagus dan menarik. kalau dibaca baca FR Mas. Mas pas nerapin body languange kayak jadi the life of party gitulah dari FR yang bagian restoran itu.
Alan/Barbara Pease, suami istri author spesialis body language. Cari aja buku-buku mereka.
Thx udah balas gan.. boleh nanya personal tentang pengalaman BL ane gak?. udah cukup banyak ane belajar tentang BL. ane ya takut baper aj ini efek benar apa gak..
Ga melayani konsultasi pribadi gan.
Silakan post pengalamannya di fb.com/groups/indopua kalo ada waktu (dan ga males) gue reply
soalny ane mau nulis FR ane, setelah itu barulah ane harap agan mau ngasi tanggapan
Soalnya ane mau nulis FR